div.fullpost {display:none;} div.fullpost {display:inline;}

SAJAK-SAJAK KONTEKSTUAL BUNG HATTA

Posted by : Haki Rambu Anarki | Jumat, 14 Januari 2011 | Published in


Banyak di antaea pemimpin Negara, pejuang dan perintis kemerdekaan kita selain berjiwa politik mereka sebenarnya seniman/sastrawan dalam arti yang sesungguhnya. Pada masa pembuagannya di Flores, bung Karno telah menulis sejumlah tonil yang kemudian dimainkan bersama ana buahnya. Tokoh-tokoh lain seperti Mohammad Yamin, Dr Soetomo, Ki Hadjar Dewantara merupakan sastrawan yang cukup populer.

Tampaknya Bung Hatta juga merupakan penyair yang dikenal lewat lewat beberapa sajaknya yang dimuat di Jong Sumatra dan Pujangga Baru. Tiga sajak yang akan kita bicarakan ini adalah fajar menyingsing (PB,Th VI, No. 10April 1939), Mengapa ….. Hai Bakung (PB, Th. VI, No 10 April 1939) dan Beranta Indera (JS, November 1921), dimuat juga dalam (PB I/4 Oktober 1933). Dua sajaknya di atas ditampilkan dengan menggunakan nama samaran Hasli, dan sajak terakhir menggunakan nama M. Hatta.

Seperti halnya sajak-sajak awal dalam sastra Indonesia sajak-sajak pada masa itu ditulis dengan maksud menggugah semangat perjuangan bangsa. Jiwa sajak yang muncul secara melankolis, melukiskan dunia masa lalu yang gilang gemilang dan dunia yang akan dating dengan keindahan dan harapan yang hanya bias dilukiskan di dalam angan.

Muncullah perlambang Tuhan da alam sebagai symbol hasrat pembebasan, tetapi sifat sajak bukan bersifat memberontak. Sajak-sajak pada masa itu terasa romantis, alam dan Tuhan tempat para penyair melarikan diri sehingga kebebasan dari kungkungan yang terasa membelenggu dapat direntak walaupun dalam hasrat semata.

Sajak-sajak Bung Hatta bias dilihat dari tiga sajak Beranta Indera yang akan menimbulkan inspirasi dan renungan. Dan pada sajak Fajar menyingsing kita akan melihat bagaimana Indonesia baru dan merdeka, lewat keindahan alam dan harapan-harapan yang akan dating. Sedangkan sajak Mengapa… Hai Bakung adalah gambaran bagaimana Indonesia disimbolkan sebagai BAKUNG bagai gadis bermenung dengan segala masalah yang dihadapinya. Berikut adalah tiga sajak-sajaknya:

BERANTARA INDERA

Lihatlah timur indah berwarna
Fajar menyingsing hari pun siang
Syansu memancar sinar yang terang
Khayal tersenyum berpancar indera

Angin sepoi bertiup angkasa
Merembes ke tanah, ranting dihuncang
Margasatwa melompat ke luar sarang
Melihat beranta indera indah semata

Langit lazuardi teranglah sudah
Bintang pun hilang berganti-ganti

Cahaya zuhri mulai muram

Hewan menerima selawat alam
Hati pun girang tiada terperi
Melihat kekayaan subha Allah


FAJAR MENYINGSING

Merah kuning
Terang cahaya
Hening bening
Aneka surya

Lemah lembut
Angi pagi
Lagu bersambut
Merayu hati

Hijau gemilang padi di sawah
Embun berkilau di daun kayu
Lenyap-lenyap hati nan gundah
Sitawar obat sukma nan sayu

Bertambah tinggi wahai syamsu
Makin cuaca alam Ilahi
Bertambah permai alam baharu
Diliput I nur waktu pagi

MENGAPA….. HAI BAKUNG

Mengapa engkau bermenung saja, hai bakung
Adakah yang engkau susahkan
Apakah yang engkau menungkan
Apa yang kurang?
Cukup sudah pemberi alam
Engkau terima siang dan malam

Mengapa engkau bermasygul juga, hai bakung
Dunia yang seindah ini
Tak dapatkah menawarkan hati?
Tegak, hai bakung

Lihat molek kelilingmu
Kau itu semua baharu?

Mengapa engkau tafakur saja, hai bakung
Karena tuanmu hilang saying
Tiada kasih, hilang pandang?

Sedar oh kembang katakana daku, mestika intan
Apa yang engkau menungkan
Tegaklah kembali
Bukankan engkau sunting taman
Mahligai putrid jelita rupawan?

(0) Comments

Leave a Response