div.fullpost {display:none;} div.fullpost {display:inline;}

Analisi Struktural pada Puisi Tobat Karya WS Rendra

Posted by : Haki Rambu Anarki | Kamis, 20 Januari 2011 | Published in


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... . . . . . . . . . . .
A. Pengertian pendekatan struktural................................................................
B. Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Struktural.....................................
PENUTUP............................................................................... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................



BAB I
PENDAHULUAN

Kritik sastra memiliki peran sebagai jembatan penghubung antara karya sastra dengan masyarakat penikmat sastra. Sumbangan pikiran dan analisis kritikus yang baik bisa menimbulkan minat yang menyala-nyala bagi pembaca-pembaca lain untuk membaca karya sastra tersebut. Kritikus dalam hal ini dapat menjadi pemandu pembaca dalam menikmati karya sastra. Di samping itu, kritik sastra dapat pula dijadikan alat pemandu bakat para penulis muda dan dapat mematangkan penulis yang telah berkarya. Bahkan bagi pengarang. Kritikus dapat menjadi propaganda yang baik untuk karya-karya mereka. Dalam mengembang misinya , para kritikus dituntut memiliki rasa tanggung jawab dan kejujuran dalam mengembangkan profesi dan kejujuran terhadap hati nurani sendiri.

Seorang kritikus tidak akan terbawa hanyut oleh keterpakuannya terhadap apa yang dinikmati dan dihayati atau terbius dan terbuai oleh kesan-kesan belaka sehingga apa yang ditulisnya bukanlah sebuah kritik melainkan rekaman kesan-kesan, atau laporan perjalanan batin di dalam keterbuaiannya dengan kesan-kesan itu. Ia harus memiliki kemampuan nasional berkat pengetahuan dan pengalaman batinnya yang telah diperkaya oleh banyaknya jenis karya yang telah dibacanya dan ditelaahnya. Semakin banyak ia membaca, semakin kaya pula ia dengan pengetahuan dan pengalaman batin, serta semakin tajam pula pengamatan dan kemampuannya merasionalkan kesimpulan-kesimpulan yang ditariknya dari apa yang dibacanya itu,. Dengan demikian ia dapat menerangkan hakikat karya sastra yang bersangkutan sebagaimana ia dapat menangkap dan merasakannya.

Untuk menunjang ilmu sastra. Kritik sastra berguna pula untuk pengembangan dan pembinaan ilmu sastra (teori sastra). Kritik sastra merupakan wadah analisis karya sastra, analisis struktur cerita, gaya bahasa teknik penceritaan


dan sebagainya. Dengan demikian ia memberi sumbangan besar kepada para ahli sastra dalam mengembangkan sastra memberi sumbangan pula kepada kritikus yang belum dijelajahi oleh pengarang. Demikian, kritik sastra secara nyata memberi sumbangan pula dalam meningkatkan mutu karya sastrawan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian pendekatan structural

Struktur merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Berikut ini ada beberapa pendapat para ahli mengenai pendekatan struktural, yaitu suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya (Fokemma, 1977 : 21). Analisis struktural merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan. Sebab karya sastra mempunyai kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya itu sendiri (A. Teew. 1984 : 135)

B. Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Struktural

Pendekatan Struktural yang dipergunakan, akan menghasilkan gambaran yang jelas terhadap diksi, citraan, bahasa khias, majas, sarana retorika, bait dan baris, nilai bunyi, persajakan, narasi, emosi, dan ide yang digunakan pengarang dalam menulis puisinya. Di bawah ini akan disajikan sebuah puisi yang dianalisis berdasarkanpendekatan struktural.

Puisi
TOBAT

Aku tobat, ya Tuhanku
Tobat atas sebala dosaku
Kacang-kacang berkembang
Daun kobis segar di ladang

Jantungku adalah biji kentang
Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah

Aku tobat, ya Tuhanku
Tobat atas segala dosaku
Burung-burung kecil di belukar
Batang pimping menggeliat

Mulutmu daisi di hutan
Sederhana dan naif sekali
Mulutmu daisi di hutan
Diinjak kaki petani
Aku tobat, ya Tuhanku
Telah kuinjak mulutmu
Dan juga jantungku
(Rendra, Masmur Mawar)

a. Diksi (pilihan kata)

Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca (Fajahono. 1990 : 59)

Dalam puisi “TOBAT” disamping, terdapat beberapa pilihan kata yang digunakan oleh pengarang yang sangat sederhana seperti yang dapat dilihat dalam puisi tersebut. Kata-kata yang digunakan oleh penyair mudah dipahami.

Seperti pada bait I pada baris 1 dan 2
“Aku tobat, ya Tuhanku
Tobat atas sebala dosaku”

Dalam menggunakan kata-kata aku tobat, ya Tuhanku, pembaca akan lebih mudah mengetahui makna sebenarnya dari puisi tersebut, begitu pula pada kata-kata dalam kalimat tobat atas segala dosaku, kata yang digunakan adalah kata dengan makna sebenarnya.
Bait II

“Jantungku adalah biji kentang
Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah”

Kata-kata yang digunakan dalam kalimat puisi di atas menggunakan kata-kata yang mengandung unsur perumpamaan, ini bisa dilihat jelas pada kata “jantungku adalah biji kacang”
Bait III dan Bait IV juga menggunakan kata-kata dengan makna sebenarnya.

b.Pengimajian (citraan)

Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Pada puisi “TOBAT” pengimajian yang digunakan oleh pengarang terdapat pada:
- Citraan Penglihatan terdapat pada bait :


I
: “Kacang-kacang berkembang”

Daun habis segar di ladang
II : “Jantungku adalah biji kentang”
IV : “Telah kuinjak mulutmu”
Dan juga jantungku
- Citraan Pendengaran terdapat pada bait I dan III ;

II : “digigit oleh tanah”
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah

IV : “Mulutmu daisi di hutan”
Sederhana dan naif sekali
Mulutmu daisi di hutan

c. Kata Konkret

kata konkret adalah kata-kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh. Pengonkretan kata berhubungan erat dengan pengimajinasian, pengembangan dan pengiasan. Pada puisi “TOBAT” kata konkret terdapat pada bait:
II
: “Jantungku adalah biji kentang”
Di mana penyair di sini menghiaskan bahwa jantungnya disamakan dengan
biji kentang.
II
: “digigit oleh tanah”
Di mana penyair menghiaskan atau mempersamakan tanah dengan manusia
atau hewan yang bisa menggigit sedangkan tanah merupakan benda mati.
d. Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang biasa, yakni suara yang langsung mengungkapkan makna.
Pada puisi “TOBAT” majas yang digunakan :
a. Perbandingan. Puisi “TOBAT” tidak mempunyai bahasa figuratif
perbandingan

b. Metafora adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain

tetapi tidak menggunakan kata-kata pembanding.
Pada puisi “TOBAT” metafora terdapat pada :
Bait II : “Jantungku adalah biji kentang”
Di mana dalam puisi ini penyair menyatakan bahwa jantungnya adalah biji
dipersamakan dengan biji kentang.
c. Perumpamaan epos, perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang yaitu
dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut

dalam kalimat atau frase berturut-turut.
“Jantungku adalah kentang”
Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah
d. Personifikasi, kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-

benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia.
Pada puisi “TOBAT” personifikasi terdapat pada bait II
“digigit oleh tanah”
Di mana penyair mempersamakan tanah dengan manusia yang dapat
menggigit padahal tanah itu merupakan benda mati.
e. Verifikasi (rima, ritme dan metrum)
?Rima, pengulangan bunyi dalam puisi
Pada puisi “TOBAT” rima terdapat pada bait I yaitu pengulangan bunyi

ku dan ang.
Aku tobat ya Tuhanku
Tobat atas segala dosaku
Kacang-kacang berkembang
Daun kobis segar di ladang

?Ritma, pengulangan bunyi, kata, frase dan kalimat pada puisi “TOBAT”

ritma terdapat pada bait II dan IV yaitu pengulangan kalimat :
II : “digigit oleh tanah”
IV: “Mulutmu daisi di hutan”
? Metrum, pengulangan tekanan kata yang tetap pada puisi “TOBAT”
metrum tidak terdapat pada puisi tersebut.
f. Tata wajah (Tipografi), bentuk yang khas dari puisi
Pada puisi yang berjudul “TOBAT” mempunyai, tipografi wig zag.
2. Analisis Berdasarkan Struktur Batin
a. Tema, merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair.
Pada puisi “TOBAT” penyair menggunakan tema ketuhanan, karena terdapat
pada
beberapa bait sang penyair mengatakan tobat atau sang penyair ingin
tobat dari
segala apa yang telah dia lakukan.
b. Perasaan (Feeling), suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan
harus dihayati oleh pembaca.
Pada puisi “TOBAT” sang penyair merasa sedih karena dalam puisi tersebut
penyair mengungkapkan semua kesalahan yang dia lakukan dan akan bertobat
c. Nada dan Suasana
- Nada, sikap penyair terhadap pembaca
Puisi “TOBAT” sikap penyair terhadap pembaca yaitu : lembut dan halus
karena dia memohon agar tobat yang dilakukan dapat diterima

- Suasana, keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi yaitu : pembaca merasa sedih dan terharu, serta merenungkan semua apa yang dia lakukan sama dengan penyair lakukan.
d. Amanat (pesan)
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya


Pada puisi “TOBAT” amanat yang terkandung yaitu : segala sesuatu yang kita lakukan baik itu yang bermanfaat atau tidak, pastinya kita akan minta ampun kepada Tuhan.


PENUTUP
Kesimpulan

Pendekatan struktural yaitu suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan pada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan di tujukan pula kepada hubungan antara unsurnya (Fokkema, 1977 : 21)

Pendekatan struktural yang dipergunakan akan menghasilkan gambaran yang jelas terhadap diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahas figuratif, berifikasi dan tata wajah. Analisis struktural merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan sebab karya sastra mempunyai kebulatan makna “intrinsik yang dapat digali dari karya itu sendiri.

(0) Comments

Leave a Response